Murthalamuddin dan Mengagumi Hasan Tiro

Nanggroe.net, Aceh Utara | Tepat dua hari yang lalu 25 September 2020 Hasan Tiro tokoh pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) genap berusia 95 Tahun, walaupun Ia telah meninggal dunia pada 3 Juni 2010 pemilik nama lengkap Dr. Teungku Hasan Muhammad di Tiro, M.S., M.A., LL.D., Ph.D tetap terus dikagumi Rakyat Aceh.

Murthalamuddin salah satu mengagumi Hasan Tiro yang beruntung pernah bertemu menjelang ‘Wali Nanggroe’ itu pulang ke Aceh pada 11 Oktober 2008 di Hotel Concorde, Malaysia sampai tokoh pendiri GAM itu mendarat ke ‘Serambi Mekkah’.

“Dalam sebuah kesempatan saya pernah bersama Beliau (Hasan Tiro), Walau tidak terdaftar sebagai GAM, Namun saya amat sangat mengagumi beliau,” ujarnya Murthalamuddin kepada nanggroe.net pada Minggu (27/9).

Baca Juga : urthalamuddin : Pemerintah Aceh Utara Harus Berikan Peluang Untuk Para Milenial

Awalnya, Murthalamuddin mengenal tokoh pendiri GAM tersebut melalui rekaman pidato Hasan Tiro yang didengarnya sejak masih duduk di bangku SMP, serta majalah Koran terbita GAM pada Ia masih sekolah SLTA.

“Ketika itu hanya muncul fanatisme ke Aceh-an. Tidak lebih dari itu. Belakangan diawal masa DOM (Daerah Operasi Militer) banyak majalah koran menulis tentang hal negatif tentang Beliau. Namun saya sempat mendengar dan membaca beberapa sumber lain tentang beliau,” imbuhnya.

Pasca reformasi, Kata Murthalamuddin, Revolusi internet membuat Ia banyak mencari bahan bacaan tentang Hasan Tiro. Hasilnya Ia pun sangat amat mengagumi tokoh pendiri GAM yang mencita-citakan Aceh Medeka tersebut.

Baca Juga : Cara Balon Bupati Murthalamuddin Mengentaskan Kemiskinan di Aceh Utara

“Dalam kesempatan bersama beliau, saya menemukan rangkuman lengkap kekaguman. Walau saraf verbal beliau tidak lagi berfungsi dengan baik, Sosoknya seperti tokoh bangsawan Eropah abad pertengahan, Mimiknya, tatapannya, tingkahnya, cara duduk, makan dan bahkan saya melihat cara beliau tidur, bangun tidur serta berpakaian,” paparnya.

Lanjutnya, dari pakaian, kacamata dan jam yang dikenakannya. Murtlahamuddin percaya dia hidup sederhana di Swedia. Jas woolnya pudar di bahu dan disiku. Kaus kakinya melorot dan sepatunya bertapak miring. Piyamanya sudah kendur. Kacamata dan jam tangannya gaya 70-an.

Mengagumi Hasan Tiro

Murthalamuddin pun memberikan rincian beberapa kegaumannya terhadap tokoh pendiri GAM tersebut, pertama, sejak muda Hasan Tiro telah menonjol dan paham makna kemerdekaan. Turut serta aktif dalam pergerakan kemerdekaan

“Kedua, Berani bersikap ketika hal yang diyakini telah menyimpang, memberontak karena nilai-nilai yang diyakini dan diperjuangkan tidak sesuai dengan kenyataan,” cetusnya.

Ketiga, lanjutnya, Berani meninggalkan zona nyaman demi idealismenya, dengan gelar Doktor dari salah satu universitas hebat dan masa dimana perang dunia baru berakhir dia . Maka bila untuk hidup mapan modalnya lebih dari cukup.

“Tetapi dia memilih meninggalkan kemapanan dan siap mengambil segala resiko atas idealisme yang diyakininya, saya yakin sekali Pemerintah RI pernah mengiming-iming dia dengan materi untuk berhenti menjadi pemberontak. Namun dia tak goyah walau hidupnya sempit dan sulit,” tandasnya.

Keempat, Hasan Tiro memiliki 1 istri dan anak semata wayang. Tidak menikah lagi sampai akhir hayatnya. Untum mencari sosok setega dan seteguh ini sulit untuk dicari.

“Dia tinggalkan mereka ribuan kilometer. Ia memilih berjuang walau dia tau tidak mudah, keteguhan hati atas nama idelismenya mengalahkan segala kepentingan pribadinya,”pintanya.

“Dalam sebuah revolusi hanya ada 1 idiologi, selebihnya adalah pengikut setia untuk menjadi setia dengan mimpi buruk maka dibutuh orang dengan sedikit ilmu dan pengetahuan,” jelasnya.

Maka sebab itu, Kata Murthalamuddin jangan heran para penerusnya kini yang berada dipanggung panggung kekuasaan adalah “Orang orang buta yang mendefinisikan gajah berdasarkan rabaan,”

“Dan saya mungkin salah satu diantaranya,” tuturnya.

Selain itu, Murthalamuddin percaya perdamaian antara GAM dan RI telah direstui Hasan Tiro. Karena menurutnya saat menerima tamu di Hotel Concorde Ia turut serta. Bahkan, saat berbicara dengan Gubernur Irwandi Yusuf berkali menunjukan bangunan bangunan indah.

Dia hanya mengatakan, “lage nyoe peugot Aceh,” kata Murthalamuddin meniru kata yang diucapkan Hasan Tiro.

“Semoga saja kita pemerusnya mampu menuruti spirit beliau. Agar perdamaian ini membawa Aceh ke tingkat gemilang . Aceh yang sejahtera dan bermartabat,” pintanya.

“Selamat milad sang idiolog, dalam hidup saya hanya dua tokoh Aceh modern yang mengisi penuh ruang kekaguman saya. Yaitu itu Daod Beureu eh dan Hasan Tiro, tidak ada peringatan apapun buatmu oleh mereka yang telah kau hadiahkan Tahta dan Harta,” pungkas Murthalamuddin.

Komentar