Nanggroe.net, Lhokseumawe | Di dunia ini kita hidup dalam situasi yang berbeda-beda, semua sudah diatur oleh sang pencipta. Tak terkecuali ‘keluarga’. Apa yang terlintas dipikiran mu ketika membaca kata “keluarga”? Tentu saja ayah, ibu, kakak, abang, adik, kakek , nenek dan lain-lain. Keluarga yang sempurna ialah keluarga yang lengkap, bahagia, serta harmonis. Namun tidak semua keluarga di bumi ini memiliki semua kriteria tersebut, tidak dapat dipungkiri semakin banyak keluarga yang mematahkan kriteria-kriteria itu. Bermula dari suami-istri yang bertengkar, terjadinya perceraian, hingga sang anak yang di cap sebagai “anak broken home”.
Broken home adalah situasi yang sulit karena pada dasarnya anak ingin melihat kedua orangtuanya saling menyayangi. Melihat Ayah dan Ibu nya bertengkar setiap malam, sudah tidak mesra seperti dulu lagi, saling berjauhan adalah sebagian besar yang tak mereka inginkan. Setelah perceraian kedua orang tua kalian, hari-hari kalian mungkin diwarnai tangisan, marah, kecewa, semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Tapi, kalian harus ingat, bahwa masih banyak orang yang menyayangi kalian di luar sana dan kalian harus kuat demi mereka. Broken home termasuk rencana Tuhan. Yakinlah bahwa jika kamu terlahir dari keluarga broken home, itu adalah rencana Tuhan yang baik untuk kamu dan orangtuamu. Tuhan tidak akan memberi ujian melebihi kemampuan hamba-Nya. Kamu masih bisa bahagia kok, meskipun dari keluarga broken home.
Seperti contoh kasus yang akan saya ceritakan ini.
Sepasang suami istri memutuskan untuk bercerai saat anak mereka masih kecil, anak nya adalah seorang perempuan, anak perempuan ini lantas merasa kehidupannya tak seindah kehidupan anak perempuan lainnya, ia seperti membayangkan kehidupan yang penuh dengan kenangan dan air mata. Ia tidak pernah menyangka bahwa kebahagian tersebut berakhir dengan sangat cepat. Namun ia tetap melewatinya, karena hidup akan terus berjalan, tidak peduli dengan kesedihannya.
Baca Juga:
Ridho Alawiyah Edira Jasmin : Covid-19 Adalah Drama Pemerintah ?
Mungkin ia mengira setelah perpisahan orang tuanya ia akan merasa baik-baik saja setelah nya, tapi ternyata ia salah, ada hantaman lain yang menghampirinya. Anak perempuan ini merasakan sakit yang kedua kalinya, ketika ayahnya memutuskan untuk menikah lagi tanpa meminta persetujuan darinya meskipun dia dianggap masih anak kecil. Sekarang dia tinggal bersama ibunya yang berstatus sebagai ibu tunggal. Meski keadaan membuat hatinya tercekik tapi ia tidak pernah merasakan kesepian. Anak perempuan ini mempunyai harapan sangat besar untuk sukses di masa depan, ia sangat mencintai orang tuanya. Ia mengerti bahwa meminta mereka untuk tetap bersama padahal tak ada lagi cinta bukanlah suatu hal yang sederhana. Ia juga menjalani kehidupan dengan ikhlas dan nyaman.
Dari kasus tersebut kita bisa belajar bahwa keluarga yang tidak utuh bukanlah alasan untuk kita dapat larut dalam kesedihan, kebencian, dan kekecewaan yang membuat kita terjerumus ke hal yang tidak baik. Jangan biarkan ini menghancurkan dirimu. Tetaplah berusaha positif, berusahalah menjadi lebih baik, dan selalu percaya bahwa masa depanmu lebih baik dari sekarang. Dari situ kamu belajar menjadi ikhlas dan sabar dalam menjalani kehidupan. Ingatlah bahwa kalian masih mempunyai orang tua. Biarpun orang tua kalian tidak tinggal satu rumah. Tapi cinta mereka tetap tercurahkan untuk kalian. Menjadi kuat,bukanlah merupakan suatu hal yang salah. Dengan menguatkan diri kalian. Nantinya, kalian akan mampu menghadapi masalah atau persoalan yang lebih besar. Lanjutkan hidup kalian, wujudkan mimpi-mimpi kalian. Tetap bahagiakan kedua orang tua kalian, hidup kalian masih akan terus berlanjut.
Jangan dengarkan omongan-omongan orang lain di luar sana yang mungkin memandang rendah tentang kalian. Tunjukkan, bahwa meskipun kalian berasal dari keluarga yang ‘broken home’ , kalian masih mampu berkarya dan berguna bagi orang – orang di sekitar kalian.
Penulis Adalah Siti Nurkhaliza Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
Redaktur : Manzahari
Komentar