Melirik Konsep Membangun Tanpa Kasta

Nanggroe.net | Politik adalah soal urusan kebijakan dan tindakan pemerintahan, yang bagaimana hasil dari tindakan itu mampu mewujudkan keadilan bagi kemanusiaan.
Dalam berpolitik, pemerannya sudah seharusnya menjadi subyek primer dalam melaksanakan arah pembaharuan yang lebih baik, berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

Efektifitas dan efisiensi dalam berpolitik hendaklah tetap selalu dijaga untuk mencapai cita dari Pancasila itu sendiri, termasuk juga yang termaktub dalam konteks ‘rasa kemanusiaan dan keadilan’.

Tak jauh berbeda, antara perpolitikan nasional dan perpolitikan didunia kampus yakni kontestasi politik mahasiswa.

Dalam perpolitikan nasional, tentu banyak masalah yang terjadi dalam nuansa politik, termasuk perbedaan pandangan yang bisa saja membuat perpecahan, padahal perbedaan ini seharusnya dijadikan dasar untuk saling mengenal dan bertoleransi.

Begitupun politik mahasiswa, dalam kontestasi politiknya /demokrasi mahasiswa, bisa juga terjadi perbedaan pandangan, dukungan maupun pilihan, yang bahkan perbedaan ini bisa menjadi gesekan.
Namun perbedaan ini semestinya dijadikan dasar untuk saling menghargai satu sama lain, bukannya malah menjadi ajang penghardikan yang bisa membuat gesekan bahkan perpecahan didalam internal kampus.

Dalam politik nasional, kita harus menyadari kita satu sama lain adalah saudara dalam bingkai Pancasila yang mengapit misi ‘Bhineka Tunggal Ika’. Dan dalam demokrasi mahasiswa kita juga harus sadar, bahwa mahasiswa tetap satu almamater, yang jikapun berbeda pandangan namun tetap memiliki misi yang sama membangun institusi yang unggul dan terkemuka, dan mewujudkan keinginan unggul itu dapat dicapai dengan cara bergagasan dan saling merangkul, bukan dengan upaya saling menjatuhkan dan bahkan membunuh karakter kemanusiaan.

Istilah ‘Humanisasi’ dalam politik mahasiswa itu sangat penting untuk dirawat dengan semangat, sehingga harkat dan martabat bagi kemanusiaan sedikitpun tidak bisa dikurangi bahkan dihilangkan.

Sebagai manusia intelektual, mahasiswa sebagai icon perubahan masa kini harus menawarkan gagasan yang dapat memperbaiki keadaan, baik itu dalam institusi kampus maupun diluar Kampus.

Istilah ‘Membangun tanpa Kasta’ bisa menjadi gagasan yang cukup untuk pencapaian Insitusi yang unggul, yang mendukung upaya kemajuan institusi kampus tanpa harus melirik latar belakang mahasiswa, tanpa menyalahkan berlainan pandangan.

Kampus sebagai miniatur negara juga memiliki misi besar untuk memikirkan berlangsungan mahasiswa dikampus, yang membuat kebijakan harus mengarah pada kemajuan namun tetap berpihak kepada penduduknya, yang berpijak pada rasa kemanusiaan dan keadilan.

Cita itu bisa terwujud saat organisasi mahasiswa (Ormawa) menyadari peran dan fungsi mereka selaku mitra Institusi, yang juga membuat kebijakan dengan menjunjung tinggi nilai kesamaan, (yah pada intinya tidak membedakan satu sama lain,/tanpa pengkastaan).

Ditubuh mahasiswa, terhadap harapan masyarakat Indonesia dalam mencapai keadilan bagi kemanusiaan.Namun apakah cita itu dapat terwujud?, saat dikampus saja ia masih senang akan perpecahan?. Dan bagaimana mungkin ia punya misi untuk melakukan perubahan diskala nasional, namun dalam skala kampus sajapun masih masif dibiarkan?.

Istilah membangun tanpa kasta dalam kehidupan mahasiswa, kini harus menjadi gagasan penting untuk menuju arus perubahan dan kemajuan. Dan agar harapan ini tak terkesan ilusif, cara dan upaya saling merangkul satu sama lain sudah seharusnya dikuatkan, dan organisasi mahasiswa sebagai mitra kampus harus menerapkan konsep sedemikan rupa, meski gagasan ini sederhana, namun memiliki terobosan luar biasa.

Dengan konsep ‘Membangun tanpa Kasta’, mari saling merangkul untuk menuju institusi yang unggul.

Oleh :
Arwan Syahputra, Mahasiswa Hukum Unimal
Sang Pemerhati kebijakan publik

Komentar