Oleh : FT
Nanggroe.net, Lhokseumawe| Wabah Covid-19 yang melanda pada awal Tahun 2020 mengakibat seluruh Dunia menjadi kalang kabut untuk menghadapinya. Antara siap dan tidak siap buat menjalankannya, bahkan hampir dari seluruh warga menganggap ini hanyala sandiwara Pemerintah.
Akibat diberlakukannya sistem lockdown pada awal wabah menyerang dan mengurangi aktivitas manusia. Tetapi tanpa kita sadari, pengurangan aktivitas tersebut membawa perubahan besar buat bumi kita.
Seperti berita yang pernah viral pada Bulan April, lebih tepatnya di Timur laut kota kecil di Utara India. Karena untuk pertama kalinya mereka bisa melihat gunung Himalaya secara langsung dan dengan jelas. Karena sebelumnya gunung tersebut tertutupi oleh polusi.
Tidak hanya di India. di Negara los Angeles juga mengalami perubahan, disana udaranya menjadi lebih baik dan polusi di udara menjadi lebih berkurang.
Penguin Afrika memiliki kisah yang kelam, penguin ini harus bolak balik dari tempat asalnya menuju lautan untuk mencari ikan demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan hidup keluarga kecil penguin tersebut.
Bahkan tak jarak tempuh yang harus mereka lewati sekitar 90 kilometer, bahkan perjalanan yang panjang dan tidak terlalu aman membuat para penguin harus berangkat secara bergerombol. Tidak hanya itu mereka harus berjalan melewati jalan raya, Ada sekitar 30 penguin Afrika setiap Tahunnya meninggal karena kecelakaan dijalan raya. Karna banyaknya orang bahkan sering macetnya dijalanan membuat mereka bersembunyi di bawah gorong-gorong bahkan ada juga yang bersembunyi dirumah orang.
Dalam 30 Tahun terakhir Afrika Selatan telah kehilangan 70% penguin Afrikanya, kecuali para penguin tidak hidup diwilayah manusia. Pada Tahun 2020 akibat pandemi Afrika Selatan ditutup, tidak adanya aktivitas manusia sehingga membuat jalanan sepi hal itu memberikan kesempatan untuk para penguin jantan mencari nafkah mereka tidak perlu lagi bersembunyi bahkan mereka juga bisa bolak balik selama 2 kali sehari untuk bertemu orang rumah. Memberi makan anak dan istri, tentunya para penguin lebih sehat dan mereka tumbuh dengan cepat.
Baca Juga :
Emisi CO2 berkurang
Seperti NO2, emisi karbon dioksida (CO2) juga telah berkurang di masa pandemi COVID-19. Ketika kegiatan ekonomi terhenti, emisi CO2 mengalami penurunan. Terakhir kali hal ini terjadi pada saat krisis keuangan tahun 2008 – 2009. Di China, emisi karbon dioksida turun sekitar 25% ketika kuncian atau lockdown diterapkan, menurut Carbon Brief. Namun perubahan ini hanya bersifat sementara.
Di China, tingkat emisi berkurang 25% di awal Tahun, ketika orang-orang diperintahkan untuk tinggal di rumah. Pabrik-pabrik tutup dan penggunaan batu bara di enam pembangkit listrik terbesar China merosot hingga 40%.
Proporsi hari-hari dengan “kualitas udara baik” naik 11,4% dibandingkan waktu yang sama pada tahun lalu di 337 kota di seluruh China, menurut Kementerian Ekologi dan Lingkungan.
Penelitian seismologis yang baru tidak berarti bahwa Bumi telah berhenti berguncang sepenuhnya, tetapi perbedaannya tak hanya terlihat bagi para ilmuwan, tapi juga akan menguntungkan manusia.
Pengurangan emisi terjadi karena berkurangnya kegiatan industri, yang menyumbang emisi karbon nyaris setara dengan transportasi. Emisi gabungan dari proses industri, manufaktur dan konstruksi menyumbang 18,4% emisi global yang berasal dari kegiatan manusia.
Krisis ekonomi 2008-2009 mengakibatkan menurunnya kadar emisi hingga 1,3%. Namun ketika perekonomian pulih pada Tahun 2010, angka emisi kembali melambung, bahkan mencapai yang tertinggi sepanjang sejarah
Aktivitas manusia seperti kebisingan membuat khalayak lebih sulit untuk mendengarkan apa yang dilakukan Bumi secara alami.
Data menunjukkan bahwa jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan manusia ke atmosfer turun. Namun emisi karbon dioksida kembali normal saat China bebas dari lockdown.
Komentar