Ayoo.. Intip Tips Lolos Dapat Kartu Prakerja, Kini Sudah 8 Juta Pendaftar!!!

Nanggroe.net, Jakarta |Program kartu Prakerja hingga saat ini sudah 8 juta orang pendaftar, Direktur komunikasi Manejemen Pelaksana Prakerja, Panji Winanteya Ruky, memberikan tips lolos mendaftar program prakerja.

Menurutnya, proses pendaftaran program Prakerja ini memang bertahab dan sudah jutaan orang berhasil melewati tahapan-tahapan proses itu, pun beberapa diantaranya kata Panji, masih banyak yang tidak lolos proses pendaftaran karena sulit untuk di verifikasi.

“Kebanyakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) tidak terverifikasi. Mungkin ada salah ketik nama atau tanggal yang tidak sesuai dengan data base, di awal masa-masa itu terhitung jadi backlog,” ungkap Panji dalam Conference video, Senin (27/4).

Baca Juga : Kritik Penanganan Covid-19, Ini Kata Susi Pudjiastuti

Masalah lainnya yang membuat tidak mau masuk dalam tahap verifikasi ini adalah misal, ketika mengunggah foto diri.

“Foto diri ataupun swafoto/selfie yang di unggah, harus dipastikan sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang juga diunggah secara bersamaan”, kata panji.

Baca Juga : Operasi Ketupat 2020, Polda Aceh Tempatkan ‘Pos Check Point’ Larang Mudik

Karena dalam mengunggah (upload) foto masih banyak peserta pendaftar yang tidak memberikan foto yang bisa terbaca oleh sistem.

“Seperti terlalu gelap, atau terlalu terang, ataupun tidak menghadap lurus. Atau ada penutup muka atau kepala, ataupun pakaikacamata. Sehingga sistem ini sulit untuk mengidentifikasi,” ungkap panji sambil melanjutkan.

Walaupun demikian, masalah-masalah itu tidak bisa dijadikan hadangan, karena calon peserta ini bisa mengunggahnya kembali, lanjut Panji seharusnya bisa kan diubah atau direvisi. Sehingga calon peserta yang gagal bisa melanjutkan pendaftaran digelombang berikutnya.

Saat ini jumlah pendaftar lebih banyak dari jumlah kursi yang disediakan, target pemerintah 5,6 juta penerima Program kartu Prakerja, sehingga nanti cara yang paling adil untuk menyeleksi adalah dengan sistem acak.

“Paling fair adalah randomisasi, sebab itu tidak melibatkan diskresi atau subjektivitas dari manajemen pelaksana. Jadi ini benar-benar adil, secara random, secara keilmuwan bisa dipertanggung jawabkan untuk memiliki kesempatan yang sama. Sepanjang mereka dalam kelompok homogen atau didahulukan atau masyarakat umum yang terkena dampak Covid-19”, Jelas Panji.

Penulis : Eri Ezi
Editor : Muhammad Irfan

Komentar