Politik Itu Jahat, Benarkah?

Hey Orang Baik, Mari Berpolitik, Perbaiki Negeri Ini!

“Politik itu jahat” kata si Pulan, “Iya, kalau sudah terlibat ke politik itu tidak usah lagi bicara kebaikan” tambah si Pulen, “Sepakat, Politik itu semua hanya baik di mulut saja, setelah berkuasa lupa semua” Timpal si Pulan lagi!

Ya demikianlah kita sering kali mendengan respon negatif kebanyakan orang ketika berbicara tentang politik. Lantas benarkah demikian? Apakah semuanya seperti itu?

Syahdan, bermula ini itu suatu pasal pada menyatakan tentang hakikat tujuan berpolitik. Sejatinya dalam dunia politik kekuasaan adalah sesuatu yang menjadi goal dari semua pihak yang memilih terlibat di dalamnya, baik yang punya peluang untuk jadi penguasa atau sekedar berada di gerbong kekuasaan itu sendiri.

Hal itu berlaku secara umum meskipun terkadang ada yang secara lisaniah membantah hal ini tapi saya pastikan tidak ada orang yang berpolitik yang tidak berjuang untuk sebuah kekuasaan. Yang membedakannya adalah ada sebahagian orang yang berjuang untuk berkuasa atau mendekati kekuasaan hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya saja dengan menafikan kepentingan umum dan di sisi lain ada juga yang berjuang dengan lebih memprioritaskan kepentingan umum atau kesejahteraan umum di atas kepentingan pribadi yang namun kepentingan pribadi dan kelompok tetap menjadi target yang harus diwujudkan.

Lalu apa? Lebih jauh dari itu juga kita menemukan kenyataan di lapangan bahwa dalam memaknai kesejahteraan yang sejatinya goal dari kekuasaan itu sendiri juga terjadi perbedaan antar satu person dengan person yang lain, antar satu kelompok dengan kelompok yang lain.

Dalam konteks ini kita mungkin sering menemukan orang yang yang berpandangan Pragmatis berkata bahwa “siapapun yang berkuasa, kerja kita tetap itu-itu saja” “So mantong yang meunang but tanyo tetap but dro cit” secara tidak langsung apa yang mereka ungkapkan bahwa orientasi mereka berjuang dalam gerbong politik tertentu atau setidaknya pandangan mereka terhadap orang-orang yang terlibat dalam politik adalah mereka yang mencari pengahsilan atau minimal pekerjaan, artinya setelah berjuang diharapkan hidup mereka lebih ringan, dari seorang petani setelah menang harus jadi kontraktor, dari seorang kontraktor kecil jadi kontraktor besar.

Di sisi lain ada juga orang yang memaknai kesejahteraan yang merupakan goal dari kekuasaan yang diperjuangkan melalui politik adalah kemudahan hidup bagi semua kalangan yang diharapakan mampu dilahirkan melalui kebijakan-kebijakan progressif pemerintah, melalui program-program perbaikan dan pembangunan yang diharapkan mampu menfasilitasi publik untuk lebih mudah memenuhi hajat hidupnya dalam semua hal, bukan hanya dalam persoalan ekonomi semata.

Nah jika kita terjebak dalam kelompok pertama yang cukup pragmatis bahkan cenderung oportunis maka kemungkinan kita akan kecewa setelah kekuasaan kita perjuangkan menang cenderung lebih besar, karena kita melihat kesejahteraan yang merupakan goal kekuasaan yang kita perjuangkan dalam makna yang cukup sempit, yaitu jika si A yang saya dukung menang maka saya dapat apa dari si A? Jika sebelum menang saya seorang petani yang tiap hari ke sawah atau ke kebun maka setelah si A menang saya harus bisa menjadi kontraktor dengan menunggu PL demi PL yang membuat kita tidak perlu lagi turun ke sawah.

Lalu pertanyaannya seberapa mungkinkah harapan seperti itu akan terwujud? Tentu potensi untuk bisa tercapai tergantung pada power dan koneksi yang kita punya itupun harus rela dan tega menyingkirkan siapapun yang menghalangi niat dan tujuan kita mendapatkan keuntungan material yang kita anggap sebagai imbalan dari keterlibatan kita dalam membantu sosok tertentu atau faksi politik tertentu dalam merebut kekuasaan.

Sementara itu jika kita berada pada kelompok ke dua yang memahami kesejahteraan dalam makna yang lebih luas tentunya kita akan melihat bahwa goal dari kekuasaan yang kita perjuangkan adalah perubahan secara lebih luas yang dilahirkan dari kebijakan pemerintah untuk mempermudah semua kalangan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, sawah yang dulunya kering harus bisa dialiri dengan terbangunnya sistem perairan yang mumpuni sehingga kita yang berprofesi sebagi petani nantinya bisa mendapatkan hasil pertanian yang lebih memuaskan dari sebelumnya.

Demikian juga sebagai pedagang misalnya kita berharap setelah kelompok yang kita perjuangkan menang dan berkuasa akan melahirkan kebijakan yang membuat perekonomian jadi lebih baik sehingga daya beli masyarakat meningkat yang pada akhirnya penghasilan kita juga meningkat. Dalam bidang pendidikan juga demikian diharapkan pemerintahan yang dihasilkan melalui perjuangan politik yang telah kita lakukan akan melahirkan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan baik itu dengan memperbaiki fasilitas pendidikan, kesejahteraan guru, perbaikan kurikulum dan sebagainya yang pada akhirnya anak-anak kita bisa mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas dan juga dengan biaya terjangkau tentunya yang dengan perbaikan kualitas pendidikan itu sendiri pada akhirnya diharapkan akan memperbaiki kehidupan rakyat secara keseluruhan.

Nah jika kita punya orientasi dan tergabung dalam kelompok yang punya orientasi seperti kelompok ke dua ini tentunya peluang untuk mewujudkan perbaikan negeri secara menyeluruh akan lebih potensial untuk kita wujudkan dan di sinilah pertarungan politik yang sesungguhnya yaitu untuk memastikan bahwa kelompok ke dua ini bisa lebih dominan daripada kelompok pertama sehingga kekuasan bisa dikendalikan oleh kelompok yang punya orientasi yang lebih progressif demi mewujudkan kekuasaan yang rahmatan lil ‘alamin.

Hey orang baik Pilkada dan Pemilu Legeslatif 2022 telah di depan mata, mau tidak mau, rela tidak rela, ikut tidak ikut, kekuasaan di negeri ini akan kembali diperebutkan, untuk itu mari kita sisingkan lengan baju, mari kita turun tangan, mari kita terlibat, mari kita berjuang untuk perbaikan negeri, mari kita ambil bagian agar negeri ini bisa kita pastikan jadi lebih baik dari pemilu ke pemilu, mari kita pastikan orang baik terlibat dan kekuasaan jatuh ke tangan orang baik.

Kamu lagi, kamu anak muda? Asik dengan duniamu sendiri? Lihat di luar sana banyak anak muda yang telah memilih turun ke gelanggang politik dan berhasil merebut kekuasaan dan membawa perubahan untuk negerinya, lihat di Hongkong sana ada Joshua Wong, ada Agnes Chow ada Nathan Law dengan Partai Demosistonya yang tidak lelah berjuang untuk kedaulatan negerinya dari “jajahan” China, lihat di Belanda sana ada Jesse Klaver yang berhasil masuk ke Parlemen dan memimpin Partai untuk membela kaum marginal di negerinya, lihatlah mereka di masa mudanya dengan gagah berani memilih mengambil resiko demi kepentingan orang banyak.

Mari kita terus bertarung untuk sebisa mungkin memastikan bahwa orang yang orientasi politiknya yang lebih baik lah yang harus mendominasi negeri ini sehingga pembenahan negeri bisa berjalan lebih cepat dan lebih mudah. Jika kita tidak percaya kepada diri kita sendiri siapa lagi yang harus kita harapkan? Dan jika kita hanya ada dan berfikir untuk kepentingan diri sendiri untuk apa kita ada?

Tidak cukup baikmu hanya untuk kepentinganmu sendiri, Islam mengajarkan Khairunnas Anfa’u Linnas, Fastabiqul Khairaat!

Penulis: Lukman
Aktivis FRONTAL ACEH

Isi tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Komentar