Dikubur Saat Tertidur

Oleh : Suprayoga

Nanggroe.net, Lhokseumawe | “Tekubur Saat Tertidur” Ya, mungkin itu adalah sebuah kata yang dapat mencerminkan keadaan indonesiaku saat ini. Yang mana kepentingan mengalahkan keadilan, penegak keadilan di tidurkan dengan buaian yang menghanyutkan, tanpa disadari terkubur adalah akhir dari perjuangan.

Seperti yang dilangsir dari data Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut, terdapat 1.298 terdakwa kasus korupsi di Indonesia sepanjang tahun 2020. “Terdapat 1.218 perkara korupsi baik yang diadili di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Pengadilan Tinggi, hingga Mahkamah Agung, dengan total 1.298 terdakwa,” jelas peneliti ICW, Lalola Easter dalam diskusi virtual ICW, Jumat (9/4/2021). Akibat tindak pidana korupsi itu, ICW juga melaporkan kerugian negara mencapai Rp 56,7 triliun dan total kerugian negara akibat tindak pidana suap mencapai Rp 322,2 miliar.

Hal ini tentu mengingatkan kita pada sebuah forum debat di televisi, dimana pakar politik dan pertahanan Prof Salim Said saat ditanya mengapa Indonesia tak bisa menjadi negara maju, seperti Singapura, Korea Selatan, hingga Israel. Profesor itu dengan kocak menjawab karena orang-orang Indonesia merasa tak ada pihak yang mengancam atau menakutinya.

Korea Selatan, Taiwan, Singapura maju karena mereka ada yang ditakuti. Taiwan takut sama Cina daratan. Korea Selatan takut sama Korea Utara. Singapura takut karena dia mayoritas masyarkat Tionghoa di tengah lautan Melayu. Israel takut karena berada di tengah ‘lautan’ Arab maka dia takut dikremus. (Tapi) Indonesia, tidak ada yang ditakuti. Tuhan pun tidak ditakuti (di sini),’’ kata Salim disambut tawa terbahak dari para peserta diskusi.

Mengapa demikian? Salim lebih lanjut mengatakan, “Jadi, kalau Anda bertanya mengapa Indonesia tak bisa maju karena Tuhan pun tak ditakuti? Ini coba lihat orang yang ‘masuk’ KPK, semuanya pernah disumpah di bawah kitab suci atau berpegang pada Bible. Tapi sudah itu dia langgar sumpahnya, jadi dia tidak takut sama Tuhan.” Maka, Salim pun mengambil kesimpulan bila ‘satu bangsa yang tidak punya sesuatu yang ditakuti maka dia tak akan bisa maju.’

Seperti yang kita ketahui saat ini, telah terjadi penonaktifan 75 penyidik KPK termasuk penyidik senior yang pernah mengalami tindak kekerasan oleh OTK yaitu Bapak Novel Baswedan. Serta dengan pemecatan anggota tersohor yaitu bapak Yudi Purnomo dan Harun Al rasyid yang mana berkerja sama dengan bapak Novel Baswedan dalam operasi tangkap tangan Bupati Nganjuk pada Minggu 9/5/2021.

Baca Juga:

Larangan Mudik Diperpanjang, Mahasiswa Unimal: Libur Kuliah Juga Perlu Diperpanjang Oleh Rektor Unimal

Sebagai manusia yang berakal sehat, pasti pernah terfikir bahwa kebaikan selalu dijagal oleh kejahatan. Nah, dari pernyataan diatas pasti kita bisa menyimpulkan mengapa salah satu penyidik senior KPK yaitu Bapak Novel Baswedan sampai disiram air keras oleh orang tidak dikenal? Serta timbul pertanyakan mengapa saat ini 75 Orang penyidik KPK di nonaktifkan? Jawabannya ada pada hati kita masing masing, sebab hati adalah organ yang tidak arogan dalam menentukan pandangan.

Feri Amsari menilai penyingkiran Novel Baswedan dan 74 pegawai KPK lainnya membuat misi pemberantasan korupsi terancam ambyar. Ia meminta agar penonaktifan 75 pegawai KPK ini direnungkan baik-baik dalam upaya pemberantasan korupsi. “Kalau kemudian para koruptor bersatu maka barisan antikorupsi akan buyar,” kata master ilmu hukum lulusan William and Mary Law School, Virginia, Amerika Serikat,

Hal ini menjadi jawaban atas pertanyaan-pernyataan yang terngiang tentang kejadian yang sedang terjadi di indonesiaku saat ini. Kita tidak sedang berbicara anak ayam yang kehilangan induknya, namun kita sedang berbicara tentang sebuah kebun jeruk manis yang penuh dengan buah namun pagar dan penjaganya sedang dilemahkan oleh pencuri, apabila penjaga dan pagar sudah tidak bisa melindungi kebun itu, maka si kancil anak nakal akan dengan mudah mencuri jeruk-jeruk di kebun itu.

Mari kita sampaikan pada diri kita sendiri bahwa roda pemerintahan dan proses pemerintahan ada pada diri kita sendiri, jangan sibuk menyalahkan mereka yang menciptakan kebijakan karena itu adalah wewenang yang mereka miliki atas perjuangan dalam mendapatkannya. Namun, salahkan diri kita yang saat ini belum bisa menjadi yang terbaik terhadap Negara ini

Bung karno pernah berkata “Berikan aku 1000 orang tua maka akan kucabut semeru sampai akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia” dan “Jangan tanyakan apa yang Negara beri kepadamu, namun tanyakan pada dirimu apa yang sudah kamu beri kepada Negara ini”.

Teruntuk kita semua, jangan pernah bercermin pada air yang kotor, melainkan bercerminlah pada air yang bersih agar kita dapat melihat kekurangan dan keburukan yang harus kita perbaiki.

Penulis Adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh. Angkkatan 2019

Editor : Manzahari

Komentar