Nanggroe.net, Jakarta | Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Abdul Fikri Faqih meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar lebih berhati-hati jika berencana menghapus suatu mata pelajaran dalam rangka penyederhanaan kurikulum.
Termasuk terkait isu penghapusan mata pelajaran sejarah yang belakangan ramai.
“Saya kira nanti akan jadi banyak reaksi. Karena jurusan sejarah, sastra sejarah di universitas banyak atau di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK, itu juga ada jurusan khusus sejarah,” kata Faqih seperti dikutip dari Tempo.co pada Minggu (20/9).
Baca Juga : Arief Poyuono Out dari Jabatan Waketum Gerindra Karena Buat Ulah?
Hal ini membuat SDM untuk jurusan sejarah sebenarnya berlimpah. Jika isu penghapusan atau membuat sejarah menjadi mata pelajaran pilihan itu terjadi, maka nasib para lulusan sejarah ini dinilai Faqih akan tak jelas.
“Ini kan tak sederhana. Artinya kalau toh mau menyederhanakan kurikulum, harus juga memperhatikan hal-hal seperti itu. Nanti potensi SDM mau seperti apa, ditugasi apa mereka kalau ternyata menjadi opsional atau bahkan dihilangkan,” kata Faqih.
Faqih juga menegaskan bahwa mata pelajaran sejarah sangat penting bagi anak-anak Indonesia. Pelajar, ia sebut, harus memahami sejarah panjang perjuangan para pendiri bangsa dalam memerdekakan Indonesia.
Kemendikbud sudah membantah kabar penghapusan mata pelajaran sejarah. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan mata pelajaran sejarah akan tetap ada dan diajarkan di tiap generasi anak Indonesia.
Komentar