Nanggroe.net, Aceh Tengah | Pengerjaan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan yang diperkirakan rampung pada tahun 2023 mendatang didominasi oleh tenaga kerja lokal.
Asisten Manager Bagian Teknik pada UPP KITSUM 5 PLTA Peusangan, Rahadiarta Wirawibawa mengatakan total pekerja berjumlah 742 orang. Dari jumlah tersebut hanya 25 orang tenaga asing sedangkan 717 lainnya adalah pekerja lokal. Artinya dominasi pekerja lokal mencapai 96,6%.
“Pekerja Asing hanya Tenaga Ahli dan Kontraktor”, kata Rahadiarta, Selasa (6/4/2021).
Rahadiarta Wirawibawa yang disapa Hadi menyampaikan hal tersebut dihadapan General Manager Unit Induk Aceh (UIW) PLN Aceh, Abdul Muklis dan 26 Wartawan se Aceh dalam rangka ‘Media Gathering PLN UIW Aceh’ di Kantornya sebelum meninjau lokasi pembangunan PLTA di Desa Remeson, Kecamatan Sili Nara, Takengon, Aceh Tengah.
Progres pembangunan PLTA dengan dua power house tersebut saat ini sudah mencapai 84,96% dengan total anggaran mencapai Rp. 5 Triliun. Kedua power house tersebut akan menghasilkan 44 MegaWatt (MW) dari masing-masing power housenya.
PLTA tersebut sudah dikerjakan mulai tahun 90-an, namun sempat terhenti karena berbagai faktor; termasuk faktor konflik Aceh serta bencana gempa dan Tsunami.
Dalam penjelasan Hadi, kontrak pekerjaan baru dilakukan ulang pada 2 Mei 2011 (lot I- Main Civil works Hyundai- PT.PP J/V) dengan durasi 134 bulan. Sementara di Lot II- Metal works WIKA- Amarta J/O dilaksanakan pada 8 Mei 2012, dengan durasi 126,8 bulan.
Dilanjutkan kontrak dengan Andritz Hyrdo selama 108,4 bulan, pada 21 Oktober 2013, disusul dengan TL 150kV& SS PT BBS & PT KBI J/O dengan durasi 78,4 bulan.
Baca Juga :
PLTA Peusangan Rampung 2023 Dengan Energi 88 MW, GM PLN UIW Aceh Minta Dukungan Masyarakat
Sedangkan anggaran sebesar 5 Triliun untuk pembangunan PLTA Peusangan adalah pinjaman dari Jepang yang mencapai angka lebih dari 60% sedangkan sisanya merupakan anggaran PLN sendiri.
Secara terpisah, setelah meninjau progres pembangunan PLTA Peusangan, General Manager PLN UIW Aceh, Abdul Muklis mengatakan PLTA merupakan pembangkit listrik dengan biaya konstruksi termahal karena prosesnya memang sulit.
“Kalau sudah jadi nanti biaya paling murah”, kata Muklis.
Lanjut Muklis, PLTA berbeda dengan pembangkit listrik tenaga lainnya, PLTA tidak menghabiskan kekayaan alam lain, hanya menggunakan air yang kemudian air itu kembali ke alam.
“Ini anugerah Tuhan yang harus kita manfaatkan, kita patut bersyukur”, imbuh Muklis.
Setalah meninjau lokasi PLTA, Muklis dan stakeholder PLN lain beserta 26 Wartawan mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro II (PLTMH II) di Pepayungan, Kec. Silih Nara, Aceh Tengah.
PLTMH tersebut Daya Mampunya 175 KiloWatt (KW) yang dibangun pada tahun 1962 dan resmi beroperasi pada tahun 90-an.
Komentar