Nanggroe.net | Cita-cita bangsa Indonesia adalah menjadi negara besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia. Setelah 69 tahun Indonesia merdeka pencapaian cita-cita ini belum sepenuhnya dipenuhi, meskipun kita sadari telah terjadi kemajuan dan capaian yang telah di raih di bidang politik, keamanan, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat.
Namun kita harus tetap sadar dan lebih meningkatkan kemauan dan kemampuan kita karena ke depan masih banyak persoalan dan tantangan bahkan lebih kompleks yang harus diselesaikan. Optimisme dan upaya kuat seluruh anak bangsa dengan semangat nasionalisme dalam mewujudkan cita-cita harus tetap dilakukan secara sistematik, sistemik dan berkelanjutan, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.
Meningkatkan komitmen menjadikan pendidikan sebagai sarana utama untuk menuju terwujudnya bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah bertekad memberikan perhatian yang besar pada pembangunan pendidikan. Sampai saat ini, pemerintah telah mengambil berbagai terobosan kebijakan pendidikan berskala besar.
Kita semua menyadari, bahwa hanya melalui pendidikan bangsa kita menjadi maju dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,baik dalam bidang sains dan teknologi maupun ekonomi.
Peran pendidikan penting juga dalam membangun peradaban bangsa yang berdasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Apapun persoalan bangsa yang dihadapi komitmen kita untuk melaksanakan pembangunan pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi dan berbagai peraturan perundangan-undangan yang berlaku tetap dipegang.
Komitmen ini direalisasikan dalam berbagai kebijakan dan program yang diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatnya kualitas sumber daya manusia demi tercapainya kemajuan bangsa dan negara di masa depan, sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Ini menjadi bagian penting yang menentukan perkembangan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu.
Disamping itu pendidikan adalah suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik, mental dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam, sebagai mahluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.
Dalam konteks modern dan kontemporer, isitilah pendidikan senantiasa diletakkan dalam kerangka kegiatan dan tugas yang ditujukan bagi sebuah angkatan atau generasi yang sedang ada dalam masa-masa pertumbuhan. Oleh karena itu pendidikan lebih mengarahkan dirinya pada pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian manusia yang mengutamakan proses pengembangan dan pembentukan diri secara terus menerus (on going formation).
Bagai Mana Yang di Maksud Dengan Generasi Emas ?
Generasi emas yang diharapkan yaitu generasi yang cerdas komprehensif, antara lain produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul. Kenapa disebut Generasi Emas, karena emas adalah logam mulia, yang tak lekang oleh jaman.
Kemajuan bangsa ini akan ditentukan dengan adanya generasi penerus yang bersifat mulia baik secara intelektual dan moral.
Membentuk atau mencetak generasi emas tentulah tak semudah membalik telapak tangan. Perlu proses panjang yang bertumpu pada pembangunan karakter anak bangsa. Pembentukan karakter mulia akan berhasil jika dimulai sejak dini, yaitu sejak generasi ini dalam kandungan ibunya.
Disini peran ibu sangat penting, karena anak sebagai generasi penerus bangsa ini, karena ibulah yang pertama kali mengenalkan pendidikan pada anaknya. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya sebelum anak mengenyam pendidikan formal ( luarrr biasanya beratnya….I love you Ibu..) . seperti kata mutiara ” One man educate person and one Women educate generation” … Dalam mendidik karakter anak diperlukan juga dukungan dari keluarga dan lingkungannya. Untuk itu perlu adanya tauladan yang baik dari Ayah, dan keluarga terdekat, serta lingkungan yang kondusif.
“ Thomas Amstrong dalam karya tulisnya ia mengatakan “Setiap anak cerdas!”, jadi jangan katakan anak itu bodoh jika tidak bisa mengerjakan sesuatu. Menurut Thomas setiap anak memiliki 8 macam kecerdasan yang berbeda-beda kadarnya, yaitu : word smart, picture smart, music smart, body smart, logic smart people smart, self smart, nature smart. Tugas orang tua mengenali potensi anak, dan membantu mengembangkan sesuai bakatnya serta menumbuhkan semangat belajar secara terus menerus untuk menjadi manusia pembelajar.
Dengan belajar manusia akan menjadi berilmu, dikatakan berilmu bukan sekedar hanya tahu, tetapi ilmu itu pada hakikatnya membuat manusia lebih arif dan bijak. Sering kita melihat orang yang dikatakan pintar, cerdas, menjadi pejabat tapi korupsi, bisa dikatakan orang tadi pintar cerdas tapi tidak berilmu. Jadi pintar saja tidak cukup, berlu dibarengi akhlak yang mulia, dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian untuk membentuk generasi emas semoga akan menjadi kenyataan….tidak lagi sekedar cita-cita tapi menjadi realita, dan tentunya bangsa ini menjadi lebih bermartabat..dan seperti janji Allah yang akan mengangkat derajat orang yang “berilmu“. Semoga kita termasuk diantaranya..semoga anak kita kelak adalah generasi emas itu…amin…amin ya Allah…
GENERASI EMAS INDONESIA: APA,SIAPA?
Mengapa dikatakan Generasi Emas Indonesia ? Karena merupakan generasi penerus bangsa yang pada periode tersebut adalah sangat produktif, sangat berharga dan sangat bernilai, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter, insan yang cerdas, dan insan yang kompetitif, serta menjadi bonus demografi.
Mengapa berkarakter? Karena karakter menentukan kulitas moral dan arah dari setiap generasi muda dalam mengambil keputusan dan tingkah laku. Karena karakter merupakan bagian integral yang harus dibangun,agar generasi muda sebagai harapan bangsa,sebagai penerus bangsa yang akan menentukan masa depan harus memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar dalam upaya membangun bangsa. Mengapa Cerdas? Karena dengan kecerdasan yang tinggi,akan mampu memanipulasi unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses mencapai tujuan.
Kemampuan,yaitu karakteristik diri individu yang ditampilkan dalam bentuk perilaku untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan tertentu. Manipulasi,yaitu perilaku aktif dan disengaja untuk melihat dan mengorganisasikan dalam membentuk hubungan antar unsur yang ada dalam suatu kondisi.
Unsur-unsur,yaitu hasil pemilahan/pemisahan atas bagian-bagian dari suatu kesatuan tertentu. Tujuan,yaitu kondisi yang diharapkan terjadi melalui penampilan kemampuan dalam bentuk usaha. Sukses adalah kondisi yang unsur-unsurnya sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
Mengapa Kompetitif? Karena dengan kemampuan kompetitif, akan mampu mencapai keunggulan, memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa lain,dan akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Akan menjadi bangsa dan negara yang besar,kuat,disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa di dunia. Ini akan menjadi perwujudan cita-cita bangsa Indonesia setelah 69 tahun merdeka.
Kiat Konsep 3T untuk Cerdas Relijius
“Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca al-Qur’an” (HR. ath-Thabrani). Teladani Rasulullah Muhammad SAW, Memberikan teladan adalah metoda paling jitu dalam pendidikan anak. Karenanya memperkenalkan pribadi Nabi Muhammad saw sejak dini akan menjadi fondasi penting pembangunan akhlaq Islam pada anak-anak. Jadikanlah sosok Nabi itu hidup dalam benak mereka dan sangat mereka cintai. Tak ada pribadi yang lebih indah budi pekertinya daripada Nabi Muhammad. Dan engkau (Muhammad) sungguh berakhlaq mulia (QS. al Kalam:4).
Dengan menghadirkan pribadi Nabi dalam keseharian anak-anak, mereka akan lebih mudah melaksanakan akhlaq Islami, sebab ada sosok yang menjadi panutan di hadapan mereka. Menghadirkan sosok Nabi misalnya dapat dilakukan dengan mengisahkan betapa beliau pribadi yang penyayang kepada sesama manusia, betapa beliau amat penyantun (hilm), betapa beliau pemberani dalam membela kebenaran, betapa beliau taat kepada Allah dengan tekun beribadah dan lain-lain.
Teladani Keluarga Nabi,
Keluarga Nabi adalah istri dan anak-anak beliau dan juga menantu beliau yang shalih. Tidak diragukan merekalah orang-orang terdekat dengan Nabi. Mereka pulalah orang-orang yang paling mencintai Nabi dan berusaha melanjutkan perjuangan Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam.
Kisah tentang mereka pun akan menjadi inspirasi sangat berharga bagi anak-anak kita dalam meneladani Nabi. Mungkin kita mesti banyak menggali bagaimana Nabi ikut serta mendidik Hasan dan Husein, cucu beliau, yang bahkan kerap beliau anggap sebagai anak-anaknya sendiri. Tentu saja, kita pun mesti menggali kisah bagaimana Nabi dan Sayyidatinaa Khadijah mendidik putri-putri mereka di masa kecilnya, yang bisa kita fahami dari petikan kisah Fatimah az Zahra ra, putri beliau. Pada masa kecilnya Fatimah menyaksikan bagaimana ayahandanya gigih menda’wahkan Islam dan tidak sedikit mendapatkan tentangan keras dari orang-orang.
Tilawah Quran,
Tilawah ini sangat penting artinya dalam pendidikan. Tilawah menjadi salah satu tugas Nabi dalam mendidik manusia (QS. Ali Imran:164). Tilawah artinya membaca. Untuk kalangan yang tidak berbahasa Arab, tentu saja tilawah yang benar mesti disertai usaha untuk mengetahui apa arti bacaan al Quran.
Untuk itu, dalam kaitan pendidikan anak, kita mesti mengusahakan agar anak kita mengetahui paling tidak makna-makna penting dari ajaran Islam sejak dini. Misalnya sejak kecil kita telah menanamkan aqidah yang benar; Memperkenalkan siapakan Allah dan bahwa Dia Pencipta segala sesuatu yang ada. Anak pun sejak dini diperkenalkan dengan ibadah shalat. Bahkan Nabi memberikan patokan usia 7 tahun sebagai usia di mana orang tua serius memperhatikan shalat anaknya dan ketika mencapai usia 10 tahun sudah boleh memberikan hukuman apabila si anak lalai dalam menunaikan sholatnya.
Allah swt secara khusus mengangkat dialog Luqman al-hakim dengan anaknya pada surat Luqman. Nasihat Luqman ini merupakan model dialog yang amat kaya dengan pesan spiritual. Di dalamnya terdapat pesan orang tua kepada anaknya untuk:
Senantiasa bersyukur, berterima kasih kepada Allah atas segala karuniaNya;
Tidak mempersekutukan Allah dengan siapapun: ikhlas dalam beribadah;
Menghayati kasih sayang orang tua dan berterima kasih kepada mereka;
Mengingat akan adanya hari di mana perbuatan sekecil apapun akan mendapat ganjaran dari Allah, Yang Mahalembut dan Maha Melihat;
Menegakkan sholat dan menyuruh manusia berlaku benar dan mencegah mereka dari berbuat jahat (konsep menegakkan kebenaran dalam diri dan menyeru orang lain);
Penulis :Indah Yani (Mahasiswa Politeknik LP3I Kampus Langsa Prodi Manajemen Keuangan)
Komentar