ACEH TIMUR | Ketua Arah Pemuda Aceh (ARPA), Eri Ezi, S.H atau dikenal Bung Eri kembali ikut memberi tanggapan terkait lemahnya pengawasan jalur laut Indonesia di provinsi Aceh.
Hal itu terkait mudahnya etnis rohingya atau manusia perahu mendarat di pesisir Aceh tanpa diketahui oleh instansi pengamanan laut indoenesia.
“Aceh merupakan bagian yang tak terpisah dari wilayah teritorial Indonesia, baik secara De Jure maupun De Facto, harusnya Bakamla, TNI Al maupun Polairud lebih aktif melakukan pengawasan jalur laut Aceh,” Ujar Bung Eri.
Bung Eri menyebut, bahwa dengan lemahnya pengawasan dan pengamanan laut Aceh, eksitensi Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat hancur.
“Barangkali besok yang masuk merupakan perahu narkotika, ini sungguh senjata mematikan untuk generasi masa depan,” satire pengamanan laut oleh Bung Eri.
Dirinya berharap, agar otoritas pengamanan jalur laut selalu terlibat aktif dalam melakukan pengawasan sebagaimana kewajibannya sebagai alat negara.
Selain itu, bung Eri juga meminta UNHCR agar segera meresolusikan pengungsi Rohingya itu dengan sebaik mungkin dan sebijak mungkin yang penuh rasa kemanusiaan.
“UNHCR harus mengambil langkah kongkrit, terhadap solusi Rohingya di Aceh. Kita sudah mendengar penolakan dan keluhan dimana-mana oleh masyarakat. Kita tidak ingin masyarakat kita tidak nyaman di Aceh oleh kehadiran mereka,” terangnya.
Sebab, katanya, bahwa mereka saat ini bukan lagi merupakan korban konflik, tetapi banyak sekali indikasi ancaman kebudayaan terhadap kedatangan mereka.
“Atas kondisi itu, kita harap agar UNHCR bisa segera mengindahkan dan meresolusikan apa yang menjadi persoalan saat ini terhadap keberadaan Rohingya di Aceh,” tutup bung Eri.
Komentar