Nanggroe.net, Banda Aceh | Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh ( YARA) Safaruddin, S.H meminta kepada Bank BRI Jangan melakukan tindakan memaksakan dan mengarahkan nasabah di Aceh agar rekeningnya di alihkan ke BRI Syariah.
ketika menjadi nasabah BRI Syariah mereka mengalami banyak kendala, seperti kesulitan dalam penarikan uang tunai di ATM, transaksi transfer bermasalah seperti uangnya sudah di kirim tapi tidak masuk di rekening penerima, kartu ATM tidak bisa di gunakan, biaya pemotongan transfer bahkan pemotongan biaya transfer antar Bank yang seharusnya tidak perlu ada,
Safaruddin, S.H.
Safar menyampaikan agar perbankan konvensional tetap memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Aceh dan membiarkan masyarakat Aceh memilih sendiri Bank mana yang akan di pakai untuk keperluannya masing masing, hal ini di katakan karena banyaknya masyarakah Aceh khususnya nasabah BRI yang mengeluhkan proses di konversi rekeningnya ke BRI Syariah, Rabu (16/12/2020).
“Kami kerap menerima keluhan dari masyarakat Aceh khususnya nasabah BRI bahwa mereka keberatan rekeningnya di konversikan ke Syariah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa ketika BRI mengarahkan harus konversi atau rekeningnya di tutup atau di pindahkan ke provinsi lain dan akhirnya mengikuti apa yang di arahkan oleh BRI. Namun, ketika menjadi nasabah BRI Syariah mereka mengalami banyak kendala, seperti kesulitan dalam penarikan uang tunai di ATM, transaksi transfer bermasalah seperti uangnya sudah di kirim tapi tidak masuk di rekening penerima, kartu ATM tidak bisa di gunakan, biaya pemotongan transfer bahkan pemotongan biaya transfer antar Bank yang seharusnya tidak perlu ada, belum lagi ada yang keberatan kreditnya dari akad konvensional tiba tiba di alihakan ke Syariah”, terang Safar.
Baca Juga : Hari ini TCK Timses Jadin menjalani Sidang Perdana.
YARA meminta Direksi BRI untuk melakukan kajian terhadap rencana bisnisnya di Aceh, saat ini kebutuhan masyarakat Aceh terhadap BRI masih sangat tinggi karena jangkauan layanannya sampai pada lapisan sang paling kecil, tidak benar jika dikatakan bahwa tidak ada prospek bisnis BRI di Aceh, karena sampai saat ini masih sangat banyak masyarakat Aceh yang sudah mulai paham tentang proses konversi ini memilih tetap bertahan di BRI, tetapi kemudian timbul permasalahan layanan BRI mulai ada gangguan terkadang, bahkan pernah satu hari semua ATM BRI tidak bisa di gunakan di ATM BRI Syariah dan begitu pun sebaliknya, malah di arahkan untuk melaporkan ke kantor BRI terdekat, maka tidak heran kalau sekarang sering terjadi penumpukan antrian nasabah di kantor BRI untuk mengurus kendala kendala yang di hadapi nasabah. Oleh karena itu, Safar meminta agar BRI tetap menjaga layanannya kepada nasabah di Aceh.
“Kami minta kepada Direksi BRI agar meninjau kembali proyeksi bisnisnya di Aceh, tidak benar kalau BRI akan kehilangan prospek bisnisnya, sampai saat ini masih sangat banyak masyarakat Aceh yang menggunakan fasilitas BRI, hanya saja belakangan ini sering terjadi gangguan dalam pelayanan, sepeti tidak dapat di pergunakan Kartu ATM di mesin ATM BRI Syariah dan di arahkan untuk menghubungi kantor BRI terdekat, makanya sekarang antrian di BRI kadang dari pagi kita ambil nomor antrian sore baru di panggil oleh costumer servis, dari itu kami minta agar BRI tetap menjaga stabilitas layanannya agar masyarakat Aceh tidak di rugikan dengan langkah yang di ambil oleh BRI.
Apalagi, BRI merupakan salah satu Bank pemerintah untuk melayani kebutuhan dan memajukan ekonomi seluruh lapisan masyarakat Indonesia bukan bukan sebaliknya”, tutup Safar.
Komentar