Nanggroe.net, Aceh Utara | Setiap pemimpin di berbagai daerah di belahan dunia manapun tentunya selalu menginginkan daerah yang di pimpinnya itu bagus, teratur, bersih dan mendapatkan hal positif lainnya, karena selain hal tersebut membuat masyarakat nyaman dan puas, kesuksesan itu kemudian bisa juga mendongkrak elektabilitas pemimpin daerah tersebut.
Namun sepertinya beda cerita dengan Kota Panton Labu, kota yang merupakan pusat bagi beberapa Kseperti Tanah Jambo Aye, Langkahan, Baktiya, Seunuddon dan lain-lain dalam melakukan interaksi sehari-hari.
Sudut kota ini memiliki berbagai permasalahan akut, mulai permasalahan sampah yang sampai pernah masuk media nasional, permasalahan tata kelola wilayah yang sangat amburadul, permasalahan debu di pusat kota, dan permasalahan jalan berlubang yang sudah cukup parah, yang sampai saat ini belum ada solusi dari pemimpin nya, baik itu dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) atau dari kepala desa (Keuchik) Kota Panton labu sendiri.
Sehingga kemudian memunculkan stigmatisasi di tengah masyarakat bahwa Panton Labu tidak ada pemimpin, hal tersebut sangat wajar saja, karna dari sekian banyak persoalan kongkrit dan kronis para pemangku jabatan seakan-akan enggan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Masyarakat hampir setiap hari mengeluhkan permasalahan tersebut, baik secara langsung ataupun di media sosial, namun belum ada solusi dari para pemangku jabatan, ntah belum ada solusi atau memang tidak mau mencari solusi, semua itu hanya Tuhan yang maha kuasa yang tau.
Konon kota ini juga termasuk kedalam Calon daerah otonomi baru untuk pemekaran menjadi kota madya, bahkan usulan tersebut sudah masuk prioritas di nasional, namun apakan bisa menjadi lebih baik ketika sudah menjadi pemerintahan kota nanti jika ketika hanya baru menjadi pusat kota bagi beberapa kecamatan saja kota Panton labu masih belum terurus seperti ini?
Seharusnya permasalahan ini sudah menyentuh hati para tokoh publik dan pejabat yang sedang memimpin atau yang lahir dari kota ini, bahkan untuk daerah sekitaran kota Panton labu sudah mengirimkan beberapa perwakilan untuk di Dewan Perwakilan Rakyat kabupaten (DPRK) atau Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), seharusnya para tokoh tersebut malu, daerah yang dipimpin ataupun daerah tempat kelahirannya seamburadul ini, tidak cukupkah kita dipermalukan di media nasional beberapa waktu yang lalu dengan tumpukan sampah dimana-mana, bahkan di sebut kota kumuh? Mungkin untuk orang awam tidak akan percaya bahwa banyak orang hebat dan tokoh lahir dari kota ini, karna jika di daerah orang lain para tokoh dan orang hebat itu selalu memikirkan dan mementingkan pembangunan daerah tempatnya lahir dan besar, Semoga kata manis untuk perubahan kota Panton labu menjadi lebih baik tidak hanya terdengar ketika Pemilu dan pilkada tahun 2024 nanti.
Sebagai seorang putra daerah yang lahir dan besar di Panton labu, tentu kita miris melihat ketidakpedulian ini, ketidakpedulian dari para pemangku jabatan untuk menyelesaikan permasalahan ini, haruskah media nasional menyorot kembali permasalahan di kota Panton Labu kedepan? Atau biarkan saja itu terjadi karna menurut para pemangku jabatan itu sebuah prestasi?
Semoga tidak ada yang sakit hati dari sebuah tulisan penebusan dosa dari seorang anak negeri, semoga Tuhan mengetuk pintu hati para pejabat dan pemimpin di kota Panton Labu untuk mulai membenahi kota yang kita cintai ini, saya yakin, masyarakat akan mau kolektif kolegial ikut membantu, apabila para pejabat dan pemimpin di kota Panton labu mau menunjukkan keseriusan nya dalam membangun Panton Labu.
“Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya.” – Peter F. Drucker.
Penulis adalah
Muhammad fadli
Dari Gampong Alue Ie Mirah
Editor
Muhammad Khatami
Dari Gampong Meunasah Panton
Fotografer
Muhar
Dari Gampong Meunasah Panton
Komentar