Nanggroe.net, Lhokseumawe| Seringkali perempuan dan keistimewaannya hanya dipandang sebelah mata, tuntutan demi tuntutan dan paksaaan standar masyarakat terus menekan perempuan untuk menjadi sama. Mulai dari standart kecantikan yang disama ratakan memaksa perempuan harus tinggi, putih dan jangkung. Dan tuntutan perempuan yang harus bisa dan mampu mengerjakan segala macam pekerjaan rumah. Kesetaraan gender dan emansipasi terhadap perempuan mulai sirna.
Perempuan mulai di rendahkan oleh oknum otoriter, dianggap tidak bisa melakukan hal yang hanya bisa dilakukan oleh laki-laki, paradigma primordial yang seperti ini harusnya sudah tidak lagi dipakai di era yang sudah maju ini. Banyaknya stigmatisasi yang mengharuskan perempuan untuk mengikuti kodratnya, kodrat yang selama ini menghalangi perempuan untuk berpendidikan tinggi, untuk mandiri dan untuk berdedikari diatas kaki sendiri.
“Kesalahpahaman kaum awam yang menganggap bahwa kodrat perempuan adalah mengurus pekerjaan rumah. Padahal kodrat perempuan itu hanya ada 4, yaitu : Mens, mengandung, melahirkan dan menyusui. Yang lain daripada hal itu bukanlah kodrat perempuan tetapi basic skill yang harus dikuasai oleh setiap manusia. Memasak, mengurus rumah dan hal lain sebagainya adalah basic skill yang laki-laki pun harus mampu.”
Baca Juga:
Soal KIP Dinilai Tidak Tepat Sasaran, Rafla : Kampus Harus Serius Menjalankan Amanah Negara
Para perempuan yang berpendidikan tinggi sering di diskriminasi dengan cemohan dan ejekan bahwa “percuma berpendidikan tinggi kalau nanti akan mengurus suami dan anak dirumah.” Padahal mengurus rumah adalah tugas bersama nantinya, dan berpendidikan tinggi bagi perempuan adalah suatu kebutuhan, value ini bisa digunakan untuk mendidik anak-anaknya kelak oleh karena itu perempuan harus memiliki personality, kecerdasan dan wawasan yang luas. Perempuan tak perlu memilih ingin menjadi ibu atau ingin menjadi wanita karir, karena perempuan mampu menjadi segalanya dalam satu tubuh yang luar biasa dan dianugerahi oleh tuhan kesempurnaan tiada terkira.
“Derajat perempuan memanglah tidak lebih tinggi dari pada derajat laki laki, akan tetapi perempuan makhluk istimewa yang dihadiahi oleh tuhan untuk memerankan peran sebagai seorang ibu yang surga pun ada di bawah telapak kakinya,”.
“Perempuan itu istimewa, perempuan berhak memilih, berhak menentukan apapun yang terbaik untuk dirinya. Perempuan juga pantas untuk mendapatkan yang terbaik. Perempuan bisa menjadi seorang Hakim, Politisi, Dokter bahkan perempuan juga bisa menjadi seorang Direktur, karena emansipasi bukan hanya basa basi, perempuan bisa dan mampu menjadi apapun yang ia mau.”
Penulis adalah Annisa Yasin
Mahasiswi Angkatan 2020 Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
Kader HMI Cabang Lhokseumawe – Aceh Utara
Alumni SMK Negeri 2 Lhokseumawe
Komentar