Di pulau yang indah dan kaya ini
Segenap tumpah darah mengalir membasahi pulau
Tangangisan haru hara di terkamkam pilu mencengkam
Di hiasi bedil-bedil ganas penumbang di masa, kala itu.
Gaungan para anak-anak syuhada sang saksi mata
Bapak nya mati di tangan para biadap keparat
Gubuk-gubuk petaniku di bakar para bedebah
Hingga tragedi menyimpan cerita bertinta darah
Goresan-goresan luka teriris-iris
Perih dan tak bisa di sembuhkan
Iya bersemanyam pada tubuh cicit-cicit pejuang
Mengalir ke seluruh tubuh menyatu dalam darah
Engkau perkasa mendidik manusia menjadi merdeka
Semangat membara membuka cita-cita
Melawan arus perlawanan antara mati, cinta dan luka
Kau persembahkan nada-nada revolusi yang mencengkam dan mematikan
Bunga-bunga desa di rusak di injak layu dan mati
Entah kemana harumnya semerbak yang hilang
Di bawah tariknya matahari di persimpangan jalan
Kau berlahan-lahan menghilang tinggal bayang -bayang penculikanmu kala itu
Wajah mu bangsa tak seperti yang di harapkan
Menunggu mekar namun kau di redupkan
Tampa pepeduli kau korbankan beribu nyawa
Ragamu sang pawang revolusi
Oleh : Iswandi
Aktivis dan Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh.
Komentar